Biaya Adat Pernikahan Aceh – Kendati zaman sekarang segala aspek kehidupan telah modern, nyatanya menikah dengan mengusung konsep adat tetap banyak diterapkan oleh beberapa kalangan. Contohnya seperti masyarakat Aceh ketika melangsungkan pernikahan.
Selain terkenal akan istilah moh gaca atau boo gaca sebagai tradisi upacara memakai henna, biaya adat pernikahan Aceh sendiri juga termasuk sebagai salah satu dari 11 prosesi perkawinan antar suku dengan anggaran termahal di Indonesia.
Mengingat keberagaman suku serta latar belakang budaya yang kental, maka tak perlu heran apabila biaya adat pernikahan Aceh memiliki nilai fantastis. Terlebih pada saat prosesi pengikatan janji antar dua insan tersebut akan melewati susunan acara cukup panjang.
Bagi Anda yang hendak melangsungkan pernikahan dengan pasangan yang berasal dari wilayah Aceh dan mengharuskan menikahinya dengan budaya setempat, berikut adalah informasi lengkap mengenai sejarah, susunan acara dan rincian biaya adat pernikahan Aceh.
Sejarah Adat Pernikahan Aceh
Budaya maupun adat Aceh sejatinya memiliki keunikan serta masih kental akan budaya. Di mana, setiap tradisi memuat filosofi maupun makna tersendiri. Sehingga, adat setiap suku ataupun latar belakang masyarakat setempat masih dijunjung tinggi dan dipertahankan.
Pernikahan adat Aceh memiliki akar cukup dalam pada aspek budaya maupun tradisi setempat. Di mana, hal demikian telah menjadi bagian integral masyarakat setempat selama berabad-abad.
Adapun, setiap pasangan diharuskan mengikuti beberapa rangkaian adat sebelum menikah seperti proses Cah Roet, Jak Ba Ranub, Inai, Meukerija dan lain sebagainya. Di mana, pelaksanaan tradisi tersebut akan memakan waktu kurang lebih 3 hingga 7 hari.
Susunan Acara Adat Pernikahan Aceh
Secara garis besarnya, setiap suku atau latar belakang masyarakat Aceh sendiri memiliki aneka ragam perbedaan. Namun, pada umumnya susunan acara adat pernikahan Aceh sendiri dilakukan dengan beberapa rangkaian prosesi menjelang resepsi di antaranya:
1. Jak Keumalen
Acara pertama yakni Jak Keumalen, di mana proses ini adalah perintisan jalan bertujuan guna mengetahui maupun mengenal mempelai wanita lebih jauh. Secara umum, upacara tersebut akan diselenggarakan secara langsung melalui orang tua atau utusan calon pengantin pria.
Awalnya, pihak keluarga linto baro (Mempelai pria) datang bersilaturahmi serta mengamati dara boro (mempelai wanita). Dalam prosesnya, calon pengantin pria umumnya membawa bingkisan makanan atau disebut bungong jaroe. Jika diterima dengan baik oleh calon pengantin wanita, prosesi akan dilanjutkan ke upacara jak meu lake.
2. Jak Ba Ranub
Selanjutnya yakni prosesi Jak Ba Ranub, sederhananya upacara ini adalah lamaran khas Aceh. Dalam praktiknya, wali dari mempelai pria akan memberi titipan kuasa kepada utusan pilihannya guna memberitahukan kedatangan pihak pria kepada mempelai wanita dengan membawa buah tangan.
Jika diterima, mempelai wanita akan menjawab “Insha Allah” lalu membahas biaya adat pernikahan Aceh. Apabila tidak, pihak calon mempelai wanita akan menjawab “Hana Get Lumpo” yang berarti mimpi yang tidak buruk dan juga tak baik. Hal demikian berlandaskan pada budaya Aceh di mana sangat kental dengan penafsiran mimpi atau kekuatan alam.
3. Jak Ba Tanda
Jika lamaran diterima, acara berikutnya ialah Jak Ba Tanda. Proses tersebut ialah bukti komitmen antara mempelai pria maupun wanita. Prosesinya sendiri layaknya pertunangan, di mana calon pengantin pria akan memberi seserahan berdasarkan biaya adat pernikahan aceh sesuai kesepakatan bersama.
Hanya saja, proses ini sedikit berbeda dengan pernikahan pada umumnya. Di mana, calon mempelai wanita tidak diharuskan memerikan seserahan sebagai balasan dengan makanan maupun barang. Di hari acara Jak Ba Tanda, kedua calon mempelai sejatinya akan membahas tanggal pernikahan serta jumlah undangan.
4. Malam Peugaca
Mendekati resepsi pernikahan, kedua calon mempelai nantinya harus melalui upacara peugaca atau lebih dikenal masyarakat dengan tasyakuran pada malam hari setidaknya 3 hingga 7 hari. Proses tersebut bertujuan guna memanjatkan doa sekaligus pemberian wejangan dari orang tua kedua belah pihak lewat sesepuh adat.
Dalam praktik Malam Peugaca, secara umum akan diselenggarakan juga upacara peusijuek (pemberian tepung) mempelai wanita dan pemberian batu giling atau mupeh. Di mana, peusijeuk sendiri bermaksud untuk menerima, memberi restu serta mengharapkan keselamatan kepada Tuhan.
5. Koh Andam
Koh Andam merupakan tahapan adat pernikahan Aceh berupa ritual pemotongan rambut halus mempelai perempuan. Di mana, proses ini bertujuan memberi harapan supaya semua hal buruk masa lalu akan hilang serta menggantinya dengan ragam hal baik pada hidup baru setelah pernikahan.
Saat melakukan Koh Andam, seorang mempelai wanita tidak diperkenankan melakukannya ketika sedang menstruasi. Porsesinya sendiri dijalankan melalui memasukkan rambut halus ke air kelapa hijau. Itu bermakna sebagai harapan serta doa orang tua supaya memelai wanita selalu tegar menghadapi permasalahan rumah tangga.
6. Peumano
Berikutnya yakni Peumano, sederhananya ini adalah adat siraman khas Aceh khusus untuk mempelai wanita supaya suci secara menyeluruh. Ketika pelaksanaannya, wali wanita, sesepuh adat maupun keluarga akan menyiramkan air.
Selama ritual Peumano, beberapa individu yang diundang menghadiri acara akan memanjatkan doa serentak. Menariknya, proses tersebut harus melibatkan orang dengan jumlah ganjil.
Mengingat banyaknya suku serta latar belakang budaya di Aceh, setiap proses pernikahan sejatinya menerapkan susunan acara adat berbeda. Di mana, terdapat beberapa suku melakukan ijab kabul setelah malam peugaca atau inai.
Sementara susunan acara di atas, acara ijab kabul dilakukan setelah prosesi peumano. Namun, secara umum tidak terdapat perbedaan signifikan antara adat masing-masing suku di wilayah Aceh.
Rincian Biaya Pernikahan Adat Aceh
Perlu diingat, mahal atau tidaknya biaya pernikahan adat Aceh secara umum bersifat relatif. Sebab, kemampuan setiap individu tentu berbeda serta kesepakatan antara kedua mempelai juga berpengaruh. Sebelum menikah, pihak pria harus mempertimbangkan besaran mayam atau mahar.
Memang tidak terdapat patokan pasti pada jumlah mayam karena hal demikian menyesuaikan mempelai wanita. Terdapat beberapa hal di mana mampu mempengaruhi besaran mayam seperti kecantikan, keturunan, pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya.
Namun, faktor tersebut bisa diabaikan lewat persetujuan mempelai wanita. Di mana, mayam sendiri bisa dikatakan serupa pada harga emas. Apabila dikonversi, satu mayam setara dengan sejumlah 3,33 gram emas.
Dengan contoh mahar 30 mayam, seseorang harus membayar setidaknya Rp 59,94 juta. Itupun belum termasuk anggaran acara pesta, souvenir dan lainnya. Apabila diperkirakan, biaya adat pernikahan Aceh mencapai Rp 150.000.000 hingga Rp 300.000.000.
Wajib Tahu: 15 Tips Menghemat Biaya Pernikahan di Tahun 2024
Kesimpulan
Mengingat biaya adat pernikahan Aceh sendiri tidak dapat dipastikan nominalnya, namun adanya perkiraan di atas tentu bisa menjadi gambaran bagi Anda yang hendak menikahi pasangan asal Aceh bukan? Hanya saja, setiap individu memiliki ketentuan atas dirinya sehingga, anggaran yang diperlukan bisa saja kurang ataupun lebih dari perkiraan di atas.
Sekian informasi biaya adat pernikahan Aceh dari Biayanikah.com, semoga bermanfaat dan dapat membantu banyak kalangan dalam mempersiapkan anggaran sebelum menikah.